Dublin Core
Title
Pepur (kekeit; jaw harp) - Aldeia Nanafoe
Subject
Maria da Conceiçaõ koalia konaba no toka pepur.
Maria da Conceiçaõ talks about and plays the pepur
Maria da Conceiçaõ talks about and plays the pepur
Description
TETUM
Pepur (kekeit ho lian Tetum) mak arpa ibun ka kekeit ne'ebé halo husi au mihis ho naruk entre 10 cm no 14 cm. Tokadór kaer instrumentu ho liman ida no tau ba ninia ibun. Hafoin nia huu pepur no uza ninia ibun rasik atu halo lian tun-sae (ho Ingles dehan resonator), no nia liman seluk dudu tali ida hodi halo lian.
Pepur iha lian ki'ik no neineik. Maria da Conceicao, ne'ebé halo no toka pepur iha aldeia Nanafoe, sub-distritu Lospalos, konta katak kantiga pepur 'kritika ukun-na'in nia podér'. Nia hato'o katak nia aprende toka husi nia família mane ida.
ENGLISH
Pepur (arpa ibun or kekeit in Tetum) is a jaw-harp made of 10 cm to 14 cm of very thinly cut bamboo. To play pepur, one end is held against the performer's mouth and blown using the mouth as a resonator, the other hand pulls at a piece of string to create a note.
Pepur makes a thin, soft sound. Maria da Conceicao, maker and performer of the pepur in aldeia Nanafoe, sub-district Lospalos, tells that pepur songs 'critique a ruler's power'. She was taught to play by a male relative.
BAHASA INDONESIA
Pepur (kekeit dalam bahasa Tetum) adalah kecapi mulut yang terbuat dari bambu yang dipotong tipis dengan panjang 10 cm hingga 14 cm. Untuk memainkan pepur, salah satu ujung diletakan di mulut dan ditiup menggunakan mulut sbeagai resonator, tangan lainnya menarik seutas tali untuk membuat nada.
Pepur membuat suara yang tipis dan lembut. Maria da Conceica, pembuat dan pemain pepur di Desa Nanafoe, sub-distrik Lospalos, mengatakan bahwa lagu-lagu pepur adalah “kritik kuasa penguasa”. Bagi Miguel da Costa di Desa Paijahara, sub-distrik Lospalos, lagu-lagu pepur menggambarkan peristiwa sejarah atau kejadian mitos, mengenai sungai besar yang meluap dan menghancurkan penduduk lokal, atau kepala desa yang menyebabkan pertengkaran antar-penduduk, ‘menyebakan komunitas mereka menjadi lemah’. Responden diajarkan untuk bermain oleh kerabat laki-laki mereka, salah satu dari mereka mengaku diajari oleh kakeknya.
Pepur (kekeit ho lian Tetum) mak arpa ibun ka kekeit ne'ebé halo husi au mihis ho naruk entre 10 cm no 14 cm. Tokadór kaer instrumentu ho liman ida no tau ba ninia ibun. Hafoin nia huu pepur no uza ninia ibun rasik atu halo lian tun-sae (ho Ingles dehan resonator), no nia liman seluk dudu tali ida hodi halo lian.
Pepur iha lian ki'ik no neineik. Maria da Conceicao, ne'ebé halo no toka pepur iha aldeia Nanafoe, sub-distritu Lospalos, konta katak kantiga pepur 'kritika ukun-na'in nia podér'. Nia hato'o katak nia aprende toka husi nia família mane ida.
ENGLISH
Pepur (arpa ibun or kekeit in Tetum) is a jaw-harp made of 10 cm to 14 cm of very thinly cut bamboo. To play pepur, one end is held against the performer's mouth and blown using the mouth as a resonator, the other hand pulls at a piece of string to create a note.
Pepur makes a thin, soft sound. Maria da Conceicao, maker and performer of the pepur in aldeia Nanafoe, sub-district Lospalos, tells that pepur songs 'critique a ruler's power'. She was taught to play by a male relative.
BAHASA INDONESIA
Pepur (kekeit dalam bahasa Tetum) adalah kecapi mulut yang terbuat dari bambu yang dipotong tipis dengan panjang 10 cm hingga 14 cm. Untuk memainkan pepur, salah satu ujung diletakan di mulut dan ditiup menggunakan mulut sbeagai resonator, tangan lainnya menarik seutas tali untuk membuat nada.
Pepur membuat suara yang tipis dan lembut. Maria da Conceica, pembuat dan pemain pepur di Desa Nanafoe, sub-distrik Lospalos, mengatakan bahwa lagu-lagu pepur adalah “kritik kuasa penguasa”. Bagi Miguel da Costa di Desa Paijahara, sub-distrik Lospalos, lagu-lagu pepur menggambarkan peristiwa sejarah atau kejadian mitos, mengenai sungai besar yang meluap dan menghancurkan penduduk lokal, atau kepala desa yang menyebabkan pertengkaran antar-penduduk, ‘menyebakan komunitas mereka menjadi lemah’. Responden diajarkan untuk bermain oleh kerabat laki-laki mereka, salah satu dari mereka mengaku diajari oleh kakeknya.
Creator
Many Hands International
Source
Preservation of Endangered Forms of Intangible Fataluku Cultural Expression Project
Date
Recorded 15.04.2013
Rights
Video, photo and text rights: Many Hands International
Language
Fataluku
Coverage
Aldeia Nanafor, Suco Bauro